Amerika Serikat serang fasilitas nuklir Iran. Trump ancam Iran jika membalas. Dunia siaga, Selat Hormuz terancam ditutup oleh Iran.
Ketegangan global memuncak setelah Amerika Serikat melancarkan serangan besar-besaran terhadap tiga fasilitas nuklir Iran. Operasi ini melibatkan pesawat pembom siluman B-2 dan kapal selam yang menembakkan rudal jelajah ke lokasi strategis Iran, seperti Fordow, Natanz, dan Isfahan. Presiden Donald Trump memperingatkan Iran bahwa setiap pembalasan akan dibalas dengan kekuatan yang jauh lebih besar.
Pengamanan Diperketat di Gedung Putih, Pentagon, dan Kedutaan Israel
Sejak awal konflik antara Iran dan Israel bulan ini, pengamanan di sejumlah titik vital ibu kota Amerika Serikat telah diperketat. Gedung Putih, Pentagon, dan Kedutaan Besar Israel termasuk lokasi yang dijaga ketat. Pihak keamanan menyebut langkah ini sebagai bagian dari protokol standar saat terjadi eskalasi konflik global.
Departemen Kepolisian New York (NYPD) juga mengerahkan pasukan tambahan ke lokasi keagamaan, budaya, dan diplomatik. Dalam pernyataannya, NYPD mengatakan tindakan ini merupakan bentuk antisipasi terhadap potensi serangan balasan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Serangan Militer AS: Bunker Buster dan Rudal TLAM
Menurut laporan CNN dan The New York Times, AS menggunakan enam pesawat B-2 untuk menjatuhkan bom “bunker buster” ke fasilitas nuklir Fordow. Bom tersebut dikenal sebagai GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP), seberat 13.600 kg dan dirancang untuk menghancurkan target bawah tanah yang sangat terlindungi.
Kapal selam Angkatan Laut AS turut meluncurkan 30 rudal jelajah TLAM ke dua lokasi lainnya, yaitu Natanz dan Isfahan. Operasi ini disebut sebagai serangan militer paling signifikan yang dilakukan AS dalam beberapa dekade terakhir.
Trump: Iran Tidak Akan Diizinkan Memiliki Senjata Nuklir
Dalam pidatonya, Presiden Donald Trump mengucapkan terima kasih kepada militer AS dan Israel atas keberhasilan operasi. Ia menegaskan bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir, dan menyebut bahwa serangan ini adalah langkah tegas untuk menghentikan ancaman global dari negara pendukung utama terorisme.
“SETIAP PEMBALASAN DARI IRAN TERHADAP AMERIKA SERIKAT AKAN DITANGGAPI DENGAN KEKUATAN YANG JAUH LEBIH BESAR DARI APA YANG DISAKSIKAN MALAM INI.” — Donald J. Trump
Trump juga menyebut bahwa selama 40 tahun terakhir, Iran terus meneriakkan “Mati untuk Amerika” dan bertanggung jawab atas kematian ribuan warga serta pasukan AS akibat bom pinggir jalan dan operasi milisi proksi.
Iran dan Houthi Bersumpah Balas Dendam, Hormuz Terancam Ditutup
Hossein Shariatmadari, tokoh garis keras Iran dan editor surat kabar Kayhan, menyerukan serangan rudal terhadap armada laut AS di Bahrain serta penutupan Selat Hormuz. Seruan ini mengutip ayat Al-Qur’an dan menyebut serangan balasan sebagai “langkah awal.”
Kelompok Houthi di Yaman, yang dikenal didukung Iran, turut mengecam tindakan AS. Anggota biro politik Houthi, Hizam al-Assad, menulis di media sosial bahwa Presiden Trump harus bertanggung jawab atas serangan tersebut dan mengancam akan menyerang kapal perang AS di Laut Merah jika agresi berlanjut.
Langit Teheran Dipenuhi Tembakan Anti-Pesawat
Koresponden CNN di Teheran, Frederik Pleitgen, melaporkan adanya peningkatan aktivitas militer di ibu kota Iran. Sepanjang malam, terdengar bunyi sistem pertahanan udara aktif dan tembakan anti-pesawat mewarnai langit Teheran.
Meski tidak ada pengumuman resmi dari Ayatollah Ali Khamenei, respons Iran terhadap serangan AS tampaknya hanya tinggal menunggu waktu.
Dunia dalam Siaga Tinggi
Dengan situasi yang terus memanas, dunia internasional kini siaga penuh. Dampak geopolitik dan ekonomi dari konflik ini bisa meluas, terutama jika Selat Hormuz benar-benar ditutup. Sementara itu, ancaman dari kedua belah pihak menunjukkan bahwa krisis ini masih jauh dari kata usai.