BeritaEkonomi

Kebijakan Baru Biaya Perjalanan Dinas 2026: Dampaknya bagi Masyarakat?

Kebijakan Baru Biaya Perjalanan Dinas 2026: Dampaknya bagi Masyarakat?
- +
14px

QAPLO – Analisis mendalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 32/2025 tentang standar biaya perjalanan dinas tahun 2026. Simak rincian biaya, pro kontra, serta perbandingan dengan biaya lama.

Menteri Keuangan Sri Mulyani merilis PMK No. 32 Tahun 2025 yang menetapkan standar biaya masukan untuk anggaran 2026, dengan fokus pada biaya perjalanan dinas pejabat dan ASN. Biaya tersebut meliputi uang harian, penginapan, tiket pesawat, dan transportasi lokal.

Rincian Biaya Baru

Dalam Negeri:

  • Uang Harian: Rp360.000–Rp580.000
  • Representasi Pejabat: Rp250.000
  • Penginapan: Rp2,1 juta–Rp9,3 juta

Tiket Pesawat (PP):

  • Ekonomi: Rp9,8 juta
  • Bisnis: Rp18,6 juta

Transportasi Lokal: Rp94.000–Rp462.000

Luar Negeri:

Uang Harian: US$347–US$792

Tiket Pesawat (PP):

  • Ekonomi: US$12.127
  • Bisnis: US$16.269
  • Eksekutif: US$23.128

Biaya baru menunjukkan kenaikan dibanding standar 2024, di mana uang harian dalam negeri sebelumnya Rp250.000–Rp450.000. Tiket pesawat luar negeri dulu maksimal US$17.000 (kelas eksekutif), kini naik hingga US$23.128.

Tujuan dan Rasionalisasi

Pemerintah mengklaim penyesuaian ini mencerminkan inflasi, kebutuhan aktual, dan menjaga daya beli pejabat saat bertugas. Penyesuaian juga diarahkan untuk mendorong efisiensi melalui seleksi ketat perjalanan fisik.

Inkonistensi dengan Digitalisasi Birokrasi

Meski pemerintah mendorong digitalisasi dan efisiensi birokrasi, alokasi besar untuk perjalanan fisik menimbulkan pertanyaan. Apakah ini mencerminkan ketidakseimbangan prioritas?

Dampak Fiskal

Dengan standar biaya tinggi, potensi pembengkakan anggaran sangat nyata. Kenaikan ini bisa berdampak pada alokasi sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial.

Akuntabilitas dan Risiko Korupsi

Besarnya dana perjalanan perlu diimbangi dengan pengawasan ketat. Potensi manipulasi laporan fiktif atau mark-up sangat besar jika tidak ada sistem audit dan transparansi real-time.

Reaksi Masyarakat dan Isu Sosial

Banyak publik mempertanyakan keadilan sosial atas kebijakan ini. Ketimpangan fasilitas antara rakyat dan pejabat makin mencolok, terutama di tengah kesulitan ekonomi dan PHK massal.

Alternatif Efisiensi

  • Perjalanan dinas prioritas tinggi saja
  • Maksimalkan konferensi daring
  • Pemangkasan kelas tiket pesawat dinas
  • Laporan transparan di portal publik

Pro dan Kontra

Pro:
Realistis dan adaptif terhadap biaya aktual

Memberi kepastian anggaran kementerian

Kontra:
Menambah beban APBN

Menimbulkan kesenjangan sosial

Tidak sejalan dengan semangat efisiensi digital


Kesimpulan:


PMK 32/2025 perlu dipantau secara cermat. Meski ditujukan untuk efisiensi dan akurasi anggaran, tanpa pengawasan dan komunikasi yang baik, kebijakan ini bisa menjadi bumerang di tengah sensitivitas publik terhadap anggaran pejabat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE