Berita

Ada yang Bermain di Balik Kegaduhan Roy Suryo dan Jokowi?

Ada yang Bermain di Balik Kegaduhan Roy Suryo dan Jokowi?
- +
14px

Kegaduhan antara Roy Suryo dan  Jokowi seolah hanya pertarungan dua tokoh. Tapi benarkah demikian? Ada dugaan kuat pihak ketiga bermain di balik layar, menciptakan drama demi keuntungan pribadi.

 

Qaplo – Kisruh antara Roy Suryo dan Joko Widodo belakangan ini kembali menjadi sorotan publik. Media sosial gaduh, headline berita dipenuhi narasi saling sindir, dan masyarakat dibuat terpecah.

 

Namun, jika kita menyimak lebih dalam, ada sesuatu yang janggal. Terlalu banyak kebetulan yang terjadi berulang, terlalu halus permainan yang seolah tanpa ujung.

 

Pertanyaannya, benarkah kegaduhan ini hanya pertarungan antara dua tokoh besar? Ataukah ada tangan-tangan tak terlihat yang mengatur ritme konflik, menciptakan drama, dan menarik keuntungan di balik layar?

 

Wajah Ganda di Balik Konflik

Ada dugaan yang mulai mencuat dan layak untuk dikupas lebih serius: munculnya sosok atau kelompok tertentu yang memainkan peran ganda dalam konflik ini. Di satu sisi, mereka tampil sebagai pendukung Roy Suryo—mendorongnya terus bersuara, memberi bahan, bahkan mungkin memanaskan situasi. Namun di sisi lain, kepada lingkaran dalam Istana, mereka bersikap seolah sebagai mediator, peredam, dan pencari solusi.

 

Inilah pola klasik dalam politik: menciptakan masalah, lalu menawarkan diri sebagai solusi. Dengan cara ini, mereka berharap mendapat imbal balik, entah berupa uang, jabatan, proyek, atau sekadar posisi tawar dalam lingkar kekuasaan.

 

Skenario Drama: Ditekan dan Ditawar

Menurut dugaan sejumlah pengamat, sosok semacam ini tidak menginginkan konflik cepat selesai. Mereka justru ingin narasi tetap hidup di media, agar posisi mereka sebagai “penengah” terus relevan. Bahkan bisa jadi, mereka mencoba menciptakan persepsi bahwa satu-satunya jalan damai adalah melalui mereka—dengan syarat: Jokowi harus “mengalah”, baik secara gestur, maupun dalam bentuk “kompensasi diam-diam”.

 

Skenario ini bukan isapan jempol. Kita telah berulang kali menyaksikan sandiwara politik serupa: ada pihak yang menciptakan kebisingan, lalu menjual ketenangan. Ada yang menyulut api, lalu menjual alat pemadam. Dan rakyat, seperti biasa, hanya penonton.

 

Politik Dua Muka dan Risiko Demokrasi

Figur semacam ini adalah ancaman nyata bagi demokrasi. Mereka bukan sekadar oportunis, tapi predator politik yang menjadikan kegaduhan sebagai komoditas. Mereka bisa memeluk Roy Suryo sambil membisikkan janji ke kubu Jokowi. Mereka berbicara tentang rekonsiliasi, padahal sedang menghitung potensi keuntungan pribadi.

 

Jika benar ada aktor intelektual seperti ini, maka Roy Suryo dan Jokowi bukanlah lawan sejati, melainkan pion dalam permainan yang lebih besar. Mereka dimanfaatkan untuk menciptakan drama politik yang bisa dinegosiasikan secara personal, bukan diselesaikan secara publik.

 

Rakyat Tidak Boleh Diam

Masyarakat harus cerdas membaca situasi ini. Jangan langsung percaya pada narasi yang disodorkan media arus utama atau akun-akun influencer yang diduga punya agenda. Cermati siapa yang paling diuntungkan dari setiap konflik. Tanyakan: mengapa konflik ini muncul? Mengapa tak pernah selesai? Dan siapa yang selalu hadir sebagai “penengah” di saat tensi mulai meninggi?

 

Rakyat berhak tahu: apakah ini benar soal kritik terhadap Jokowi? Atau hanya strategi para calo kekuasaan yang sedang mencari jalan masuk ke lingkar Istana?

 

Jangan Mau Dipermainkan

Jokowi harus lebih waspada. Jangan sampai dibujuk, ditekan, atau digiring untuk “membayar” ketenangan yang sejatinya direkayasa. Roy Suryo juga perlu jernih, agar tak menjadi alat dalam permainan politik kotor yang dikendalikan dari balik layar.

 

Dan kita, sebagai rakyat, tidak boleh diam. Karena jika politik hanya menjadi panggung drama, maka yang paling dirugikan adalah kebenaran.

 

*Opini ini adalah pandangan penulis pribadi dan tidak mencerminkan posisi redaksi secara keseluruhan.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE